• Beranda
  • Penyakit
  • Mengenal Afasia, Kerusakan Otak yang Menyebabkan Gangguan Bicara dan Komunikasi

Mengenal Afasia, Kerusakan Otak yang Menyebabkan Gangguan Bicara dan Komunikasi

Mengenal Afasia, Kerusakan Otak yang Menyebabkan Gangguan Bicara dan Komunikasi
Credit: Freepik

Bagikan :


Otak merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Otak berfungsi sebagai pusat kendali tubuh manusia dan membentuk sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat bersama sistem saraf tepi mengatur aktivitas manusia seperti makan, minum, berjalan dan bicara. Salah satu kerusakan otak dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa yang dikenal dengan afasia.

 

Apa Itu Afasia?

Afasia adalah gangguan komunikasi yang dapat menyebabkan seseorang kesulitan dalam berkata-kata. Kondisi ini dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam berbicara, menulis, dan memahami bahasa. Afasia umumnya dialami oleh para lansia terutama yang baru saja mengalami stroke. Selain itu, cedera kepala dan tumor otak juga bisa menyebabkan kondisi ini.

Meskipun afasia menimbulkan kesulitan dalam komunikasi, namun hal ini tidak mengganggu kecerdasan seseorang. Orang yang mengalami afasia sering kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya ingin disampaikan. Orang dengan afasia juga kesulitan memahami percakapan dan bacaan, kesulitan menggunakan angka dan menulis kata, serta sering mengulang-ulang kata atau kalimat.

Baca juga artikel seputar Gangguan Kesehatan akibat Kerusakan Otak di sini

 

Gejala dan Penyebab Afasia

Gejala yang khas dari afasia adalah kesulitan dalam memahami dan menggunakan bahasa. Dilansir dari Mayo Clinic, beberapa gejala afasia antara lain:

  • Bicara dalam kalimat pendek atau tidak lengkap
  • Bicara dengan kalimat yang sulit dimengerti
  • Mengganti satu kata dengan kata yang lain atau mengganti satu suara dengan suara yang lain
  • Mengucapkan kata-kata yang sulit dikenali
  • Tidak memahami percakapan orang lain
  • Menulis kalimat yang sulit dimengerti

Afasia biasanya disebabkan oleh stroke atau cedera otak dengan kerusakan pada satu atau lebih di bagian otak yang berhubungan dengan kemampuan berbahasa. Adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan otak kehilangan suplai darah sehingga menyebabkan kerusakan atau kematian sel otak di area yang mengontrol kemampuan berbahasa.

Dilansir dari WebMD, sekitar 25%-40% orang yang selamat dari stroke dapat mengalami afasia. Namun selain stroke, afasia juga dapat disebabkan oleh kerusakan otak karena cedera kepala, tumor, infeksi atau proses penuaan. Pada beberapa kasus, afasia dapat diikuti masalah kognitif lainya seperti kebingungan atau masalah memori yang mengarah ke demensia.

Bila area broca di otak terganggu, seseorang dapat memahami kata-kata orang lain namun kesulitan untuk mengucapkan kata-kata yang tepat. Sementara itu, bila area wernicke di otak yang terganggu, seseorang dapat mengucapkan kalimat yang panjang namun kata-katanya sulit dipahami. Mereka juga sulit memahami perkataan orang lain. Masih banyak jenis afasia lainnya, tergantung area otak mana yang terganggu.

 

Bisakah Afasia Disembuhkan?

Penanganan afasia tergantung dari beberap faktor seperti usia, penyebab kerusakan otak, jenis afasia serta lokasi dan seberapa parah kerusakan otak yang dialami. Bila ada penyakit yang mendasari munculnya afasia, pengobatan juga akan terfokus pada penyakit penyebab tersebut. Pada afasia yang cukup serius, pasien akan membutuhkan beberapa terapi untuk mengembalikan kemampuan komunikasinya. Pengobatan untuk menangani afasia antara lain:

1. Terapi Bicara

Terapi bicara untuk pasien afasia bertujuan untuk memulihkan kemampuan pasien dalam berkomunikasi dengan bicara seperti sedia kala. Terapi dapat difokuskan untuk memulihkan sebanyak mungkin kemampuan berbahasa, melatih keterampilan bahasa yang hilang dan menemukan metode komunikasi lain yang efektif seperti menggunakan gambar atau media lainnya.Simak informasi tentang Makanan yang Perlu Dihindari untuk Menjaga Kesehatan Otak di sini

2. Obat-obatan

Beberapa jenis obat sedang diteliti untuk membantu mengatasi afasia. Beberapa obat yang dapat diberikan antara lain obat yang membantu meningkatkan suplai darah ke otak atau meningkatkan kinerja neurotransmiter (sel saraf yang mengirimkan pesan sinyal) di otak. Namun pengobatan ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut agar dapat diberikan ke pasien.

 

Hingga saat ini belum ada cara tertentu untuk mencegah afasia. Namun Anda dapat mengurangi risiko afasia dengan menjaga kesehatan dan menghindari berbagai risiko yang dapat menyebabkan cedera atau kerusakan otak. Bagi Anda yang baru mengalami cedera di otak atau kepala sebaiknya lakukan pemeriksaan dengan tuntas agar dapat dilakukan deteksi dini kerusakan otak dan dilakukan penanganan yang tepat.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya, cek di sini ya!

 

 

Writer : Ratih AI Care
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 21:08